Tuesday, July 12, 2011

Yang Terbaik untuk Bayiku....

Ketika Anda belajar tentang sesuatu yang baru, mudah merasa kewalahan oleh jumlah informasi relevan yang tersedia. Artikel informatif akan membantu Anda berfokus pada titik sentral.
KOMPAS.com - Orangtua selalu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya meski kadang harus ditebus dengan dana yang besar. Pertanyaannya, ini demi kebutuhan anak atau semata karena selera orangtua?  

Awalnya, Risa (27) rela menempuh perjalanan jauh dari kediamannya di Depok menuju kawasan Senayan, Jakarta Selatan, demi kenyamanan selama 20 menit untuk bayinya, Zaidan (belum genap setahun). Selama 20 menit Zaidan akan dimanjakan dengan bermain di kolam renang dan kemudian dipijat hingga terlelap di tempat spa khusus bayi. Untuk 20 menit yang berharga itu, Risa harus merogoh koceknya ratusan ribu rupiah.

Puas dengan pengalaman itu, Risa kemudian secara rutin mengajak bayinya berkunjung ke spa seminggu sekali. Hanya saja, ia kini bisa menemukan spa yang letaknya relatif lebih dekat, yaitu di kawasan Bintaro Jaya, Tangerang. Kalau dibawa ke kolam renang umum, saya takut airnya tidak cocok untuk kulit bayi. Sementara untuk berenang di kolam plastik, Zaidan tidak akan bebas bergerak, katanya.

Untuk pelayanan di spa ini, Risa harus membayar Rp 120.000 per 20 menit. Memang mahal sih, tapi kan dalam sebulan cuma dua kali. Demi anak, kata Risa.

Lain lagi pasangan Riri dan Nur Rohim yang harus memutar otak untuk memberikan nama terbaik bagi anak pertama mereka. Meskipun telah membeli buku-buku yang berisi ribuan nama bayi, mereka tetap kebingungan mencari nama yang indah tetapi tidak pasaran. Saya dan suami ingin nama yang berbau Amerika Latin, kata Riri, yang bekerja di sebuah bank di Jakarta.

Akhirnya mereka memutuskan untuk membeli nama. Karena keduanya belum tahu jenis kelamin si jabang bayi yang masih dalam kandungan, Riri dan Rohim memesan nama sekaligus untuk bayi perempuan dan laki-laki dengan biaya Rp 3 juta. Dan, lahirlah bayi perempuan bernama Veloxa Archelia Zoya pada Mei 2010.

Saya puas karena nama anak saya tidak pasaran. Apalagi ada jaminan, kalau nama yang sudah dipakai tidak akan diberikan kepada orang lain, kata Riri dengan nada bangga.

Tak hanya di Jakarta, di kota-kota lainnya fenomena serupa juga terjadi. Nadia (30), ibu rumah tangga di Cirebon yang memiliki bayi berusia enam bulan, sangat peduli dengan metode yang bisa merangsang pertumbuhan otak dan motorik bayinya.

Sejak masih dalam kandungan, bayinya sudah dibiasakan mendengarkan musik klasik, khususnya karya Mozart. Lagu-lagu itu diputar setiap pagi dan malam hari. Ia percaya musik klasik bukan hanya membuat ibu dan bayinya rileks, tetapi juga bisa memengaruhi pertumbuhan anaknya dengan positif.

Waktu terbaik untuk belajar tentang
adalah sebelum Anda berada di tengah-tengah hal. Wise pembaca akan terus membaca untuk mendapatkan beberapa pengalaman berharga
sementara itu masih bebas.

Untuk jenis mainan pun, Nadia sangat pemilih. Alhasil, ia harus sering berselancar di internet karena kebutuhan itu tidak tercukupi di Cirebon. Untuk bisa merangsang indera perasa dan penglihatan bayinya, misalnya, Nadia berhasil menemukan mainan gelang warna-warni yang bisa digenggam tangan bayi. Memang mahal sih, tapi kan saya harus mencari mainan dengan bahan yang aman karena dia masih suka menggigit mainannya.

Pilihan sikap
Apakah memanjakan bayi dengan gaya hidup berselera tinggi bisa memicu penularan nilai konsumtivisme sejak dini? Bisa ya, bisa juga tidak, kata Catherine Dewi Liman Subroto, terapis masalah perkawinan dan keluarga yang juga pengajar psikologi di Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Yang terpenting di sini adalah sikap orangtuanya. Nilai apa yang sebetulnya ingin ditanamkan kepada anaknya. Silakan orangtua membuat daftar. Misalnya, kami ingin menanamkan nilai hemat pada anak. Nah, tinggal dilihat, apakah bisa digabungkan antara nilai hemat dan kecenderungan memberikan barang-barang bermerek yang mahal kepada anak? katanya.

Intinya, menurut Catherine, ayah dan ibu harus bersama-sama mendiskusikan"bahkan hal ini seharusnya dilakukan sebelum anak lahir"nilai-nilai apa yang akan menjadi prioritas dalam keluarga. Pilihan itu akan menentukan cara orangtua dalam membesarkan anaknya, termasuk bagaimana orangtua memutuskan soal bekerja, berbelanja, memilih pendidikan anak, dan lainnya, katanya.

Menjadi orangtua di kota besar memang semakin sulit, dengan kondisi jam kerja makin panjang, jalanan makin macet, dan tingkat stres makin tinggi. Kadang, kecenderungan orangtua memanjakan anaknya lebih sebagai tebusan rasa bersalah karena waktu yang bisa dilewatkan bersama anaknya makin berkurang. Fenomena itu kemudian dilihat sebagai peluang bisnis oleh para pengusaha. Jika orangtua tidak bisa menyediakan, mereka menawarkan diri untuk menyediakannya.

Sisi positifnya, kata Catherine, orangtua, terutama kaum ibu, saat ini berupaya mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk memberikan perhatian yang terbaik bagi anaknya. Hal itu, misalnya, mereka saling berkomunikasi, membentuk jaringan, ataupun berdiskusi seputar permasalahan anak, mulai dari pemberian ASI sampai soal rekomendasi dokter anak yang baik.

Jangan lupa ibu adalah ujung tombak perkembangan anak. Para ibu ini biasanya visioner. Sekarang tinggal mereka pintar-pintar memutuskan apakah hal yang dipilihnya itu memang benar-benar dibutuhkan oleh si anak. Misalnya, perlukah seorang bayi di daftarkan ke baby gym? Alasannya apa? Kalau untuk perangsangan motorik anak, alasan ini baik bukan? Tetapi, apakah perangsangan motorik harus dilakukan di gym? Pertimbangan ini yang harus dipikirkan para ibu, kata Catherine.

Sama juga dengan upaya ibu untuk memperdengarkan musik klasik bagi anaknya. Penelitian menunjukkan bahwa musik memang baik untuk perkembangan otak anak. Tetapi, bukan berarti si anak harus dipaksa menyukai musik klasik.

Yang salah adalah kalau potensi itu sebetulnya tidak ada pada diri anak, tetapi orangtua tetap memaksakan, kata Catherine.

(Myrna Ratna)

Sumber: Kompas Cetak

Semoga bagian di atas telah berkontribusi untuk pemahaman Anda tentang
. Berbagi pemahaman baru Anda tentang
dengan orang lain. Mereka akan berterima kasih untuk itu.

No comments:

Post a Comment