Tuesday, April 19, 2011

Waspada, "Cuci Otak" Berujung Pemerasan

Ketika kebanyakan orang berpikir tentang
, apa yang terlintas dalam pikiran adalah biasanya informasi dasar yang tidak terlalu menarik atau bermanfaat. Tapi ada lebih banyak untuk
dari sekadar dasar.
MALANG, KOMPAS.com " Perekrutan aktivis Negara Islam Indonesia dengan cara "cuci otak" terhadap para mahasiswa pada akhirnya disertai pemerasan terhadap orangtua korban.

"Polisi dan Majelis Ulama Indonesia(MUI) serta para rektor di Malang hendaknya bergerak dan waspada," kata Ketua Majelis Pembina Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Ketua Majelis Pembina Cabang PMII)Bagyo Prasasti Prasetyo di Malang, Selasa (19/4/2011).

Bagyo mendapat informasi itu dari keluarga dua mahasiswa perguruan tinggi di Malang yang hilang kontak sejak sebulan terakhir dengan dugaan mengalami pembaiatan, atau sejenis pengesahan, untuk jadi anggota NII.

Apakah benar seserius itu atau hanya aksi penipuan pidana belaka, hal tersebut belum dapat dipastikan.

Apakah semuanya masuk akal sejauh ini? Jika tidak, aku yakin bahwa hanya dengan membaca sedikit lebih, semua fakta akan jatuh ke tempatnya.

Bagyo pun sekadar menerima keluhan para orangtua dan keluarga mahasiswa yang hilang kontak dan sudah melapor ke polisi itu. "Para mahasiswa ini disebutkan mengalami proses radikalisasi oleh teman mentor saat penerimaan mahasiswa baru di awal perkuliahan,"kisah Bagyo.

Melalui obrolan di tempat-tempat gaul, mereka diajak masukNIIdan menjadi Islam kaffah,atau Islam yang total, dan dijanjikan 100 persen menuju surga. Untuk itu, mereka harus mengikuti pembaiatan di Jakarta. "Ujung-ujungnya, acara baiat itu perlu memberi uang. Besarnya untuk baiat saja Rp 2,5 juta," ungkap Bagyo.

Namun itu baru awal. Operasi berikutnya dilakukan setelah baiat. Para mahasiswa akan dipaksa menipu orangtuanya agar memberi uang Rp 12 juta-Rp 30 juta untuk menyumbang ke NII.

"Pada saat inilah muncul Desi, yang akan berpura-pura sebagai mahasiswa teman yang laptopnya telah dihilangkan oleh korban. Desi akan menelepon orangtua, dengan akting menangis, dan minta laptop diganti dengan uang Rp 20 juta-Rp 25juta, tergantung hasil negosiasi,"katanya.

Perempuan yang mengaku bernama Desi itu mengaku pula sebagaimahasiswi Universitas Brawijaya, Malang.

Bila kata mendapat sekitar tentang perintah Anda fakta
, orang lain yang perlu tahu tentang
akan mulai aktif mencari Anda.

No comments:

Post a Comment