MANADO, KOMPAS.com - Raut wajah Martha Manengkey (48), warga Malalayang I Barat lingkungan IV, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara, terlihat dirundung duka. Ia tak menyangka suaminya, Ventje Mokotika alias Opo (48), ditemukan tewas tergantung di sebuah pohon di belakang rumahnya, Kamis (3/3/2011). Perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual sayur ini mengatakan, suaminya sempat berpesan agar segera mendirikan sabuah. "Jangan lupa bilang teman-teman, besok pagi sebadiri sabuah (tenda), jo, dari ada pesta kaweng di rumah, tutur Martha tanpa tahu maksud suaminya. Kenyataan yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya bahagia melaksanakan pesta, malah duka merenung di benaknya. Kejadian tersebut membuat warga gempar. Opo diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan seutas tali disebatang pohon di belakang rumahnya. Jasadnya ditemukan Michael dan Riky. Those of you not familiar with the latest on mobil keluarga ideal terbaik indonesia now have at least a basic understanding. But there's more to come.
Ketika itu, kedua pemuda tersebut melintas di jalan setepak di belakang rumah korban, sembari mendorong sepeda motor yang mogok. "Ada tola motor, mo kase maso di rumah." tutur Michael. Saat mendekat di pohon, mata Michael terbelakak menyaksikan tubuh tergantung. Sontak, keduanya langsung berteriak membuat warga yang tengah terlelap berhamburan. Kedua pemuda itu langsung berinisiatif menurunkan tubuh Opo. Namun sia-sia, nyawa Opo sudah terlanjur melayang. "Kita langsung potong itu tali, sapa tau masih boleh mo tolong, mar so nda noh," Kata Riky. Menurut istri mendiang, Opo sebelumnya adu mulut dengan dirinya. Masalahnya sepele, soal makanan. Waktu itu juga sekitar pukul 22.00 WITA, kata Martha, suaminya pulang dalam kondisi dipengaruhi minuman keras. "Ada bakuambe (adu mulut), dari kita nafsu (emosi) ada antar makan nasi, kong dia bilang nyanda," jelas Martha. Namun usai bertengkar, korban malah meminta diambilkan makan oleh istrinya. Belum habis makanan, korban malah pergi, meninggalkan piringnya masih berisi nasi. Martha sempat melihat suaminya mengambil tali jemuran di samping rumah. Itulah kali terakhir Martha melihat punggung suaminya. Usai menerima informasi tersebut, anggota Polresta Manado turun ke lokasi. Tim Identifikasi melakukan pemeeriksaan jenazah sembari mengambil sidik jari. Lelaki yang belum tergolong tua itu meninggal tujuh anak. (Ryo Noor)
Ketika itu, kedua pemuda tersebut melintas di jalan setepak di belakang rumah korban, sembari mendorong sepeda motor yang mogok. "Ada tola motor, mo kase maso di rumah." tutur Michael. Saat mendekat di pohon, mata Michael terbelakak menyaksikan tubuh tergantung. Sontak, keduanya langsung berteriak membuat warga yang tengah terlelap berhamburan. Kedua pemuda itu langsung berinisiatif menurunkan tubuh Opo. Namun sia-sia, nyawa Opo sudah terlanjur melayang. "Kita langsung potong itu tali, sapa tau masih boleh mo tolong, mar so nda noh," Kata Riky. Menurut istri mendiang, Opo sebelumnya adu mulut dengan dirinya. Masalahnya sepele, soal makanan. Waktu itu juga sekitar pukul 22.00 WITA, kata Martha, suaminya pulang dalam kondisi dipengaruhi minuman keras. "Ada bakuambe (adu mulut), dari kita nafsu (emosi) ada antar makan nasi, kong dia bilang nyanda," jelas Martha. Namun usai bertengkar, korban malah meminta diambilkan makan oleh istrinya. Belum habis makanan, korban malah pergi, meninggalkan piringnya masih berisi nasi. Martha sempat melihat suaminya mengambil tali jemuran di samping rumah. Itulah kali terakhir Martha melihat punggung suaminya. Usai menerima informasi tersebut, anggota Polresta Manado turun ke lokasi. Tim Identifikasi melakukan pemeeriksaan jenazah sembari mengambil sidik jari. Lelaki yang belum tergolong tua itu meninggal tujuh anak. (Ryo Noor)
No comments:
Post a Comment